Perpustakaan sebagai
sumber daya informasi memegang peranan penting dalam pendidikan. Perpustakaan
menentukan kualitas sebuah masyarakat. Perpustakaan saat ini sudah mulai
berkembang sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan,
penelitian, rekreasi, pelestarian budaya bangsa serta berbagai jasa lainnya.
Peran dan tujuan dari perpustakaan tidak lain hanya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa supaya tercapai masyarakat yang terdidik. Perpustakaan merupakan sarana
utama dalam menunjang kelengkapann sarana pendidikan yang dapat diakses oleh
semua lapisan masyarakat.
Diperguruan tinggi,
perpustakaan dikenal sebagai ”jantungnya” perguruan mahasiswa tentang ilmu
pengetahuan sehingga kualitas penguasaan ilmu pengetahuan dan wawasan ilmu yang
diterimanya benar-benar bermanfaat bukan saja bagi kualitas kelulusan,
melainkan juga setelah diterima di lapangan kerja dapat diterapkan dan berguna
bagi lapangan kerja tersebut.
Perpustakaan perguruan
tinggi adalah perpustakaan yang berada di lingkungan perguruan tinggi yang
merupakan kesatuan integral dari suatu perguruan tinggi. Perpustakaan ini
bersama-sama dengan unit kerja lainnya dan dengan peran yang berbeda-beda,
bertugas membantu perguruan tingginya untuk melaksanakan program Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi diselenggarakan dengan tujuan
untuk menunjang terlaksananya program pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat di perguruan tinggi atau lazim dikenal dengan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
Mahasiswa sebagai tolak
ukur keberhasilan suatu perpustakaan perguruan tinggi. Maju atau
tidaknya suatu perguruan tinggi ditentukan oleh maju atau tidaknya keberadaan
perpustakaan yang berada di perguruan tinggi tersebut. Jika perpustakaan
perguruan tinggi itu baik, baik juga kualitas mahasiswanya, terutama dari segi
minat bacanya. Bisa juga dilihat dari jumlah koleksi yang dipinjam oleh
pemustaka. Jadi mahasiswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari suatu system perpustakaan Perguruan tinggi. Pengguna (User)
secara tidak langsung merupakan bagian dari system perpustakaan tersebut.
Pengguna adalah orang yang menggunakan fungsi/guna dari suatu objek atau jasa
tertentu. Berdasarkan disiplin ilmu perpustakaan : Karakter pengguna
adalah cirri-ciri dari pengguna yang menelusuri setiap informasi di sebuah
perpustakaan.
Prilaku pengguna
sebagai wujud dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. prilaku
pengguna adalah tindakan yang dilakukan individu, kelompok, atau organisasi
terkait dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan
barang atau jasa yang dibutuhkan yang dapat mempengaruhi lingkungan. Kebutuhan
merupakan fundamen yang mendasari prilaku pengguna. Apabila kebutuhannya tidak
terpenuhi akan menunjukkan prilaku kecewa. Sebaliknya jika kebutuhannya
terpenuhi, pengguna akan memperlihatkan prilaku yang gembira sebagai
manifestasi rasa puasnya.Suatu perpustakaan dibentuk dengan tujuan utama untuk
memberikan layanan atas kebutuhan informasi penggunanya. Oleh karena itulah
pemahaman mengenai pengguna sangat diperlukan dalam kaitannya dengan proses
interaksi yang terjadi di perpustakaan.
Untuk mendukung
tercapainya tujuan pelayanan informasi perpustakaan perguruan tinggi
menyediakan koleksi antara lain adalah buku, majalah, laporan hasil penelitian,
surat kabar, kaset audio, CD-ROM serta layanan internet dalam berbagai media
yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan. Serta
melayani dosen dan mahasiswa yang memerlukan informasi ilmiah dan atau
literatur-literatur yang memuat bidang ilmu, teori konsep, terapan, dan
berbagai acuan teknologi yang mendukung dalam penelitiannya. Semua bahan
koleksi ini disimpan di perpustakaan dengan tata urutan yang sistematis
sehingga mudah dan cepat dalam penemuan kembali informasi.
Mahasiswa sebagai
pemustaka pada Perpustakaan Perguruan Tinggi mempunyai perilaku informasi
tersendiri. Dalam penggunaan informasi oleh pemustaka dapat diwujudkan dengan
tindakan fisik. Perilaku informasi yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai
pemustaka ini hampir sama di setiap Perpustakaan Perguruan Tinggi. Di
dunia perpustakaan perguruan tinggi, banyak ditemukan mahasiswa yang tidak
pernah memanfaatkan perpustakaan untuk berbagai alasan. Alasan-alasan inilah
yang dapat dicari dan dikumpulkan. Mungkin saja mereka tidak tahu bahwa
kebutuhan mereka sebenarnya dapat dipenuhi di perpustakaan. Mereka tidak tahu
karena mereka punya gambaran tersendiri tentang perpustakaan. Melakukan survey
secara khusus kepada pengguna potensial ini dapat menghasilkan ide-ide layanan
baru bagi perpustakaan.
Aspek psikologi
pengguna informasi dan perpustakaan, dalam hal ini adalah kondisi mahasiswa
dilihat dari segi karakteristik perilakunya secara perseorangan ataupun secara
kelompok. Setiap mahasiswa mempunyai kebutuhan dan keinginan yang tertentu
sesuai dengan harapan-harapannya memperoleh keuntungan dari pencapaian
tujuan-tujuan yang ditetapkannya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan informasi
yang disajikan oleh perpustakaan.
Memang benar bahwa
setiap orang membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya,
sebagai penunjang kegiatannya, dan sebagai pemenuhan kebutuhannya. Karena
kondisinya yang demikian maka secara psikologi manusia perlu selalu dilengkapi
sejumlah informasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Perpustakaan
menganggap bahwa manusia, baik secara perorangan maupun dalam konteksnya dengan
kehidupan bermasyarakat, perlu mendapatkan informasi yang sanggup mendukung
kehidupannya. Itu pulalah yang mendasari bahwa perpustakaan berusaha menyedikan
sejumlah besar informasi dan sumber-sumber informasi bagi mahasiswanya.
Dervin (1992)
menggambarkan seorang pencari informasi sebagai orang yang bergerak melalui
sebuah situasi yang telah membuatnya merasakan ada kekurangan atau kesenjangan
dalam struktur kognisinya. Kulthau (1991) menyoroti aspek afektif dalam proses
pencarian informasi. Dalam modelnya, Kulthau menggambarkan kegiatan pencarian
informasi sebagai sebuah proses konstruksi (pengembangan pembangunan) yang
dilalui sesorang dari tahap ketidakpastian (uncertainty) menuju
pemahaman (understanding). Ada 6 (enam) tingkatan atau langkah
yang terkandung dalam proses konstruksi ini, yaitu: awalan, pemilihan,
penjelajahan, penyusunan, pengumpulan dan penyajian.
Berdasarkan dengan
teori tersebut, pola perilaku informasi mahasiswa sebagai pemustaka di
Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat diketahui melalui langkah-langkah pencarian
informasi yang mereka lakukan. Kebutuhan informasi mahasiswa sebagai pemustaka
di Perpustakaan Perguruan Tinggi berkaitan dengan materi perkuliahan atau minat
pribadi, pengalaman serta modul-modul lain sebagai penunjang dalam
menyelesaikan tugas perkuliahan maupun penelitian baik dosen maupun mahasiswa.
Strategi penemuan yang dilakukan adalah dengan mencari langsung ke rak koleksi,
melalui mesin pencari di internet, melalui katalog, serta bertanya kepada teman
atau bertanya kepada pustakawan. Sedangkan penggunaan informasi mahasiswa
sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi diwujudkan dengan tindakan
fisik, seperti: menggarisbawahi, menstabilo, memberi catatan, menandai dengan
melipat bagian halaman dari buku, menyobek halaman buku, serta memfotokopi.
Terdapat juga pemustaka yang suka meminjam buku dengan jumlah banyak dan
buku-buku tersebut selalu diperpanjang waktu peminjamannya. Mereka merasa
mempunyai informasi dengan cara meminjam banyak buku. Akan tetapi, buku-buku
tersebut tidak semuanya dibaca bahkan ada yang tidak dibaca sama sekali hingga
akhirnya buku-buku itupun dikembalikan ke perpustakaan. Terdapat juga pemustaka
yang suka mengcopy pasteinformasi dari internet tanpa menganalisis lebih
dahulu.
Tindakan penggunaan
informasi secara mental dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: kritis dan apatis
terhadap informasi yang didapatkan. Tindakan penggunaan informasi secara kritis
adalah tindakan penggunaan informasi yang tidak langsung percaya dan bersifat
selalu berusaha menemukan letak kesalahan atau kekeliruan yang ada, yakni
teliti, focus dan tajam dalam penganalisisan. Sedangkan tindakan penggunaan
informasi secara apatis itu kebalikan dari tindakan informasi secara
kritis, yakni bersifat acuh tak acuh atau tidak perduli, yakni tindakan
penggunaan informasi tanpa menganalisis terlebih dahulu(langsung diterima saja)
tidak diteliti ulang.
Berdasarkan
perilaku-perilaku informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan
Perguruan Tinggi ada mahasiswa yang menggunakan informasi secara kritis dan ada
pula yang menggunakan informasi secara apatis. Contoh penggunaan informasi
secara kritis: Mahasiswa menganalisis terlebih dahulu bahan pustaka atau
informasi yang telah didapatkan secara teliti dan tajam sebelum menggunakan
informasi tersebut, sehingga informasi yang mereka peroleh dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Contoh penggunaan informasi secara apatis:
pemustaka langsung menggunakan informasi yang telah mereka dapatkan tanpa
perduli benar atau tidaknya informasi tersebut.
Perilaku-perilaku
informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat
ditinjau dari sudut pandang psikologi pemakai perpustakaan. Woodwort dan
Marques menyatakan bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari aktivitas
atau tingkah laku individu dalam berhubungan dengan lingkungannya. Psikologi
adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan ilmiah, karena itu digunakanlah
pendekatan ini untuk mengetahui kondisi-kondisi dan aspek-aspek lain yang turut
mempengaruhi proses perubahan perilaku atau belajar. Jadi, psikologi adalah
ilmu pengetahuan (science) yang meneliti dan mengkaji tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan lingkungannnya dan dengan interaksi
antarmanusia. Berkaitan dengan itu, psikologi pelayanan atau pemakai dapat
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam proses interaksi kerja di pusat-pusat jasa layanan, yaitu antara pelanggan/pegawai
dan petugas/pegawai/karyawan (Qalyubi, dkk., 2007:241).
Perilaku-perilaku
informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi termasuk
dalam tingkah laku pemustaka dalam proses interaksi di pusat jasa layanan
(Perpustakaan Perguruan Tinggi). Secara tidak langsung perilaku informasi
mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan Perguruan Tinggi ini berdampak pada
pustakawan pada Perpustakaan perguruan Tinggi yang bersangkutan. Hal ini
menunjukkan adanya proses interaksi antara pustakawan dengan pemustaka. Oleh
karena itu, perilaku informasi mahasiswa sebagai pemustaka di Perpustakaan
Perguruan Tinggi dapat dikaji dari sudut pandang psikologi pemakai
perpustakaan.
Daftar Referensi
Basuki, Sulistyo. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta:
Gramedia pustaka Utama.
Pawit. 2009. Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suwarno, Wiji. 2010. Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Wursanto. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi.
Yogyakarta: Andi.
Rakhmat, Jalaluddin. 2001. “psikologi Komunikasi”.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Widjaja. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Syaefudin. 2010. Perilaku
Informasi Mahasiswa sebagai Pemustaka di perpustakaan Perguruan Tinggi dapat
Dikaji dari Sudut Pandang Psikologi Pemakai Perpustakaan.
http://duniaperpustakaan.com/2010/03/02/perilaku-informasi-mahasiswa-sebagai-pemustaka-di-perpustakaan-perguruan-tinggi-dapat-dikaji-dari-sudut-pandang-psikologi-pemakai-perpustakaan/ .
Diakses pada tanggal 7 Oktober 2010
Purwoko. 2008. Perilaku Informasi pemakai Perpustakaan di
Perpustakaan Teknik Geologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
http://digilib.uin-suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&=digilib-uninsuka–purwoko-143&q=katalog.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2010
Ajick. 2010.Penyalahgunaan Koleksi Perpustakaan di Perguruan Tinggi.
http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_print.php?nid=17.
Diakses pada tanggal 12 Oktober 2010
Ajick. 2010. Karakter Pengguna Perpustakaan.
http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_print.php?nid=298.
Diakses pada tanggal 25 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar